Kamis, 27 November 2008

Belum Ada Wacana Potong Gaji

KRISIS keuangan, memaksa klub kontestan Indonesia Super League (ISL), untuk mengambil langkah berani. Untuk tetap eksis, kontestan ISL banyak yang ingin melego bintang-bintangnya. Namun, langkah ini beresiko besar. Sebab, tanpa pemain bintang, peluang klub akan terdegradasi sangat besar.

Nah, satu pekan terakhir, muncul skema baru. Tiga klub melakukan pemotongan gaji 25 persen hingga 50 persen pada pemainnya. Mereka adalah PSM Makassar, PSMS Medan, dan Persik Kediri.

Sriwijaya FC sendiri tak luput dari bekapan krisis. Bahkan, gaji pemain pun masih molor satu bulan. Namun, SFC sendiri sepertinya belum tertarik untuk melakukan langkah “berisiko” tersebut.

Sebab, beberapa pemain langsung mengancam akan hengkang. Salah satu pemain SFC yang tidak mau disebutkan namanya, mengancam akan pergi jika gaji dipotong 50 persen. “Saya hidup dari sepakbola. Jadi, potong gaji pemain hingga 50 persen sangat memberatkan kami,” ungkapnya.

Kondisi ini serba dilemastis. Sebab, memang tidak semua klub melakukan pemotongan gaji. Namun, siapa bisa menjamin SFC tetap eksis ditahun-tahun selanjutnya, tanpa sokongan APBD ?.

“Itu jadi pertimbangan ke depan. Semua harus ada proses. Jadi, tidak bisa langsung meniru langkah ketiga tim tersebut. Pemain juga harus dilibatkan,” tukas penasihat SFC H Amalsyah Tarmizi.

Ingat, PSM dan Persik adalah klub besar. Punya sejarah dan prestasi besar pula. Kedua tim ini, sebelumnya mengutarakan niat mundur. Namun, langsung ditentang suporter. Akhirnya, muncul langkah pemotongan gaji.

Pro dan kontra memang muncul. Ada pemain yang rela, ada yang tidak. Di PSM, pemain yang rela adalah dua striker asing, yaitu Ali Khadaffi dan Quadja L Sakibou. Pemain lain, seperti Syamsul Caeruddin, Irsyad Arras, Syamsidar, Claudio Pronneto, dan Julio Lopes, menerima. Asal, tidak melebihi 25 persen.

“Saya setuju. Inikan untuk kebaikan klub sendiri. Tapi, jangan terlalu memberatkan,” tukas Syamsual Caeruddin, seperti dilansir Fajar Makasar

Tidak ada komentar: